Belakangan cancel culture menjadi bahan perbincangan publik, terutama di media sosial. Pasalnya ada beberapa artis, influencer, bahkan politikus yang mengalami hal tersebut. Lantas, apa arti atau makna sebenarnya dari cancel culture? Aksi apa saja yang biasanya akan dilakukan oleh netizen, serta bagaimana akibat atau dampak buruk bagi korban? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini
Mengenal Cancel Culture
Cancel culture merupakan sebuah tindakan untuk memboikot atau menolak, serta mengucilkan seseorang yang dianggap bermasalah. Hal ini dikarenakan orang tersebut melakukan perkataan atau perbuatan yang melanggar norma sehingga publik akan menghujat dan menolak kehadirannya.
Aksi Netizen atau Warganet
Cancel culture tidak lepas dari tindakan yang dilakukan oleh netizen atau warganet terhadap seseorang yang dianggap melanggar norma. Biasanya netizen akan melakukan aksi bullying di media sosial, mengucilkan dari lingkungan sosial, dan memboikot beberapa acara di televisi.
Seperti yang kita ketahui, bahwa netizen memiliki peranan penting dalam memberikan pendapat menggunakan internet di media sosial. Pendapat atau argumentasi dari semua netizen akan memberikan dampak perubahan sosial di dunia maya. Oleh sebab itu, cancel culture sangat berdampak negatif bagi para korban.
Dampak dari Cancel Culture
Berikut dampak yang ditimbulkan dari adanya cancel culture
Dampak Bagi Korban
Dengan adanya cancel culture seharusnya korban yang mengalami bisa mengambil hikmah dari kejadian tersebut dan berusaha memperbaiki perilaku atau perkataannya. Namun, faktanya beberapa orang yang mengalami cancel culture merasa dirinya terintimidasi, terkucilkan bahkan terisolasi dari lingkungan sosial. Hal ini membuat korban berpotensi mengalami kecemasan berlebih, depresi bahkan yang terburuk bunuh diri.
Dampak Bagi Pelaku
Selain memiliki dampak bagi para korban, cancel culture juga memiliki dampak negatif bagi para pelakunya. Jika korban memiliki karakter yang kuat, bahkan tertantang untuk menghadapi cancel culture, maka pelaku akan merasakan emosi serta rasa benci yang semakin tinggi. Selain itu melakukan cancel culture akan membuat pelaku menurunkan tingkat empatinya. Sebab, pelaku akan menolak untuk mendengarkan penjelasan atau memahami kondisi dan posisi korban.